Tugas 4
Mengenal Kebudayaan Papua
Keadaan
Sosial Budaya
Sudah
sejak lama ujung barat laut Irian dan seluruh pantai utara penduduknya
dipengaruhi oleh penduduk dari kepulauan Maluku (Ambon, Ternate, Tidore, Seram
dan Key), maka adalah tidak mengherankan apabila suku-suku bangsa disepanjang
pesisir pantai (Fak-Fak, Sorong, Manokwari dan Teluk Cenderawasih) lebih pantas
digolongkan sebagai Ras Melanesia dari pada Ras Papua. Zending atau misi
kristen protestan dari Jerman (Ottow & Geissler) tiba di pulau Mansinam
Manokwari 5 Februari 1855 untuk selanjutnya menyebarkan ajaran agama
disepanjang pesisir pantai utara Irian. Pada tanggal 5 Februari
1935, tercatat
lebih dari 50.000 orang menganut agama kristen protestan. Kemudian pada tahun
1898 pemerintah Hindia Belanda membuka Pos Pemerintahan pertama di Fak-Fak dan
Manokwari dan dilanjutkan dengan membuka pos pemerintah di Merauke pada tahun
1902. Dari Merauke aktivitas keagamaan misi katholik dimulai dan pada umumnya
disepanjang pantai selatan Irian. Pada tahun 1933 tercatat sebanyak 7.100 orang
pemeluk agama katholik. Pendidikan dasar sebagian besar diselenggarakan oleh
kedua misi keagamaan tersebut, dimana guru sekolah dan guru agama umumnya
berasal dari Indonesia Timur (Ambon, Ternate, Tidore, Seram, Key, Manado,
Sanger-Talaud, dan Timor), dimana pelajaran diberikan dalam bahasa Melayu.
Pembagian kedua kelompok agama tersebut kelihatannya identik dengan keadaan di
Negeri Belanda dimana Kristen Protestan di Utara dan Kristen Katholik di
Selatan.
Pendidikan
Pendidikan
mendapat jatah yang cukup besar dalam anggaran pemerintah Belanda, pada
tahun-tahun terakhir masa penjajahan, anggaran pendidikan ini mencapai 11% dari
seluruh pengeluaran tahun 1961. Akan tetapi pendidikan tidak disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga kerja disektor perekonomian modern, dan yang lebih diutamakan
adalah nilai-nilai Belanda dan agama Kristen. Pada akhir tahun 1961 rencana
pendidikan diarahkan kepada usaha peningkatan keterampilan, tetapi lebih
diutamakan pendidikan untuk kemajuan rohani dan kemasyarakatan. Walaupun bahasa
"Melayu" dijadikan sebagai bahasa "Franca" (Lingua Franca),
bahasa Belanda tetap diajarkan sebagai bahasa wajib mulai dari sekolah dasar,
bahasa-bahasa Inggris, Jerman dan Perancis merupakan bahasa kedua yang mulai
diajarkan di sekolah lanjutan.
Pada
tahun 1950-an pendidikan dasar terus dilakukan oleh kedua misi keagamaan
tersebut. Tercatat bahwa pada tahun 1961 terdapat 496 sekolah misi tanpa
subsidi dengan kurang lebih 20.000 murid. Sekolah Dasar yang bersubsidi
sebanyak 776 dengan jumlah murid pada tahun 1961 sebanyak kurang lebih 45.000
murid, dan seluruhnya ditangani oleh misi, dan pelajaran agama merupakan mata
pelajaran wajib dalam hal ini. Pada tahun 1961 tercatat 1.000 murid belajar di
sekolah menengah pertama, 95 orang Irian Belajar diluar negeri yaitu Belanda,
Port Moresby, dan Australia dimana ada yang masuk Perguruan Tinggi serta ada
yang masuk Sekolah Pertanian maupun Sekolah Perawat Kesehatan (misalnya pada
Nederland Nasional Institut for Tropica Agriculture dan Papua Medical College
di Port Moresby).
Walaupun
Belanda harus mengeluarkan anggaran yang besar untuk menbangun Irian Barat,
namun hubungan antara kota dan desa atau kampung tetap terbatas. Hubungan laut
dan luar negeri dilakukan oleh perusahaan Koninklijk Paketvaart Maatschappij
(KPM) yang menghubungkan kota-kota Hollandia, Biak, Manokwari, Sorong, Fak-Fak,
dan Merauke, Singapura, Negeri Belanda. Selain itu ada kapal-kapal kecil milik
pemerintah untuk keperluan tugas pemerintahan. Belanda juga membuka 17 kantor
POS dan telekomunikasi yang melayani antar kota. Terdapat sebuah telepon radio
yang dapat menghubungi Hollandia-Amsterdam melalui Biak, juga ditiap kota
terdapat telepon. Terdapat perusahaan penerbangan Nederland Nieuw Guinea
Luchvaart Maatschappij (NNGLM) yang menyelenggarakan penerbangan-penerbangan
secara teratur antara Hollandia, Biak, Manokwari, Sorong, Merauke, dan
Jayawijaya dengan pesawat DC-3, kemudian disusul oleh perusahaan penerbangan
Kroonduif dan Koniklijk Luchvaart Maatschappij (KLM) untuk penerbangan luar
negeri dari Biak. Sudah sejak tahun 1950 lapangan terbang Biak menjadi lapangan
Internasional. Selain penerbangan tersebut, masih terdapat juga penerbangan
yang diselenggarakan oleh misi protestan yang bernama Mission Aviation
Fellowship (MAF) dan penerbangan yang diselenggarakan oleh misi Katholik yang
bernama Associated Mission Aviation (AMA) yang melayani penerbangan ke pos-pos
penginjilan di daerah pedalaman. Jalan-jalan terdapat disekitar kota besar
yaitu di Hollandia 140 Km, Biak 135 Km, Manokwari 105 Km, Sorong 120 Km,
Fak-Fak 5 Km, dan Merauke 70 Km.
Mengenai
kebudayaan penduduk atau kultur masyarakat di Irian Barat dapat dikatakan
beraneka ragam, beberapa suku mempunyai kebudayaan yang cukup tinggi dan
mengagumkan yaitu suku-suku di Pantai Selatan Irian yang kini lebih dikenal
dengan suku "ASMAT" kelompok suku ini terkenal karena memiliki
kehebatan dari segi ukir dan tari. Budaya penduduk Irian yang beraneka ragam
itu dapat ditandai oleh jumlah bahasa lokal khususnya di Irian Barat. Berdasarkan
hasil penelitian dari suami-isteri Barr dari Summer Institute of Linguistics
(SIL) pada tahun 1978 ada 224 bahasa lokal di Irian Barat, dimana jumlah itu
akan terus meningkat mengingat penelitian ini masih terus dilakukan. Bahasa di
Irian Barat digolongkan kedalam kelompok bahasa Melanesia dan diklasifikasikan
dalam 31 kelompok bahasa yaitu:
Tobati, Kuime, Sewan,
Kauwerawet, Pauwi, Ambai, Turu, Wondama, Roon, Hatam, Arfak, Karon, Kapaur,
Waoisiran, Mimika, Kapauku, Moni, Ingkipulu, Pesechem, Teliformin, Awin,
Mandobo, Auyu, Sohur, Boazi, Klader, Komoron, Jap, Marind-Anim, Jenan, dan
Serki. Jumlah pemakai bahasa tersebut diatas sangat bervariasi mulai dari
puluhan orang sampai puluhan ribu orang.
Secara
tradisional, tipe pemukiman masyarakat Irian Barat dapat dibagi kedalam 4
kelompok dimana setiap tipe mempunyai corak kehidupan sosial ekonomi dan budaya
tersendiri.
Penduduk
pesisir pantai;
Penduduk
ini mata pencaharian utama sebagai Nelayan disamping berkebun dan meramu sagu
yang disesuaikan dengan lingkungan pemukiman itu. Komunikasi dengan kota dan
masyarakat luar sudah tidak asing bagi mereka.
Penduduk
pedalaman yang mendiami dataran rendah;
Mereka
termasuk peramu sagu, berkebun, menangkap ikan disungai, berburu dihuta
disekeliling lingkungannya. Mereka senang mengembara dalam kelompok kecil.
Mereka ada yang mendiami tanah kering dan ada yang mendiami rawa dan payau
serta sepanjang aliran sungai. Adat Istiadat mereka ketat dan selalu mencurigai
pendatang baru.
Penduduk
pegunungan yang mendiami lembah;
Mereka
bercocok tanam, dan memelihara babi sebagai ternak utama, kadang kala mereka
berburu dan memetik hasil dari hutan. Pola pemukimannya tetap secara
berkelompok, dengan penampilan yang ramah bila dibandingkan dengan penduduk
tipe kedua (2). Adat istiadat dijalankan secara ketat dengan "Pesta
Babi" sebagai simbolnya. Ketat dalam memegang dan menepati janji.
Pembalasan dendam merupakan suatu tindakan heroisme dalam mencari keseimbangan
sosial melalui "Perang Suku" yang dapat diibaratkan sebagai
pertandingan atau kompetisi. Sifat curiga tehadap orang asing ada tetapi tidak
seketat penduduk tipe 2 (kedua).
Penduduk
pegunungan yang mendiami lereng-lereng gunung;
Melihat
kepada tempat pemukimannya yang tetap di lereng-lereng gunung, memberi kesan
bahwa mereka ini menempati tempat yang strategis terhadap jangkauan musuh
dimana sedini mungkin selalu mendeteksi setiap makhluk hidup yang mendekati
pemukimannya. Adat istiadat mereka sangat ketat, sebagian masih
"KANIBAL" hingga kini, dan bunuh diri merupakan tindakan terpuji bila
melanggar adat karena akan menghindarkan bencana dari seluruh kelompok
masyarakatnya. Perang suku merupakan aktivitas untuk pencari keseimbangan
sosial, dan curiga pada orang asing cukup tinggi juga.
Dalam
berbagai kebudayaan dari penduduk Irian ada suatu gerakan kebatinan yang dengan
suatu istilah populer sering disebut cargo cults. Ada suatu peristiwa gerakan
cargo yang paling tua di Irian Jaya pada tahun 1861 dan terjadi di Biak yang
bernama "KORERI". Peristiwa atau gerakan cargo terakhir itu pada
tahun 1959 sampai tahun 1962 di Gakokebo-Enarotali (kabupaten Paniai) yang
disebut " WERE/WEGE" sebagaimana telah dikemukakan bahwa gerakan ini
yang semula bermotif politik.
Pada
waktu Belanda meniggalkan Irian Barat, posisi-posisi baik dibidang pemerintahan,
pembangunan (dinas-jawatan) baik sebagai pimpinan maupun pimpinan menengah
diserahterimakan kepada putra daerah (orang Papua/Irian Barat) sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki. Juga seluruh rumah dan harta termasuk gedung dan
tanah milik orang Belanda itu diserahkan kepada kenalan mereka orang Papua
(pembantu dan teman sekerja) untuk dimiliki, karena mereka tidak bisa
menjualnya dan juga tidak ada pembeli pada masa itu.
Belanda
juga meninggalkan ekses konflik antara suku-suku besar sebagai akibat dari
aktivitas politik yaitu pertentangan antara "Elite Pro-Papua" dan
"Elite Pro-Indonesia" yang ditandai dengan pertentangan antara
"Suku Biak lawan Suku Serui, Suku tanah Merah-Jayapura lawan Suku
Serui", sekalipun dalam hal ini tidak semua orang Biak itu pro-Papua,
tidak semua orang Serui itu pro-Indonesia dan tidak semua orang Tanah
Merah-Jayapura itu pro-Papua dan pro-Indonesia.
Berdasarkan
pengalaman Belanda di Indonesia atau Hindia-Belanda dalam kemerdekaan tahun
1945, maka Belanda didalam menjajah Irian Barat sangat hati-hati sekali dalam
meningkatkan kehidupan Masyarakat di berbagai bidang, dan Belanda sengaja
memperlambat perkembangan di Irian Barat/Nieuw Guinea sesuai dengan
permintahaan dan kebutuhan orang-orang Irian Barat. Katakanlah bahwa ini suatu
bentuk "Etis-Politik Gaya Baru". Termasuk didalamnya usaha untuk
membentuk "Nasionalisme Papua". Cara Belanda yang demikian itu
menyebabkan orang-orang Irian Jaya tidak merasa bahwa mereka sedang dijajah
sebab mereka hidup dalam suatu keadaan perekonomian yang baik dan tidak
merasakan adanya penderitaan dan tekanan dari Belanda.
Papua
Dari Wikipedia Bahasa
Melayu, ensiklopedia bebas.
Papua
ialah sebuah daerah daftar kata indonesia ialah (Provinsi) di Indonesia yang
terletak di bahagian barat kepulauan New Guinea dan pulau-pulau di sekitarnya.
Papua kadangkala
dipanggil sebagai Papua Barat kerana Papua boleh dirujuk kepada seluruh
kepulauan New Guinea atau bahagian selatan negara jirannya, Papua New Guinea.
Papua Barat ialah sebutan yang lebih disukai oleh para nasionalis yang ingin
memisahkan Papua daripada Indonesia dan membentuk negara sendiri. Daerah
(Provinsi) ini dahulu dikenali dengan panggilan Irian Barat sejak tahun 1969
hingga 1973, namanya kemudian ditukarkan menjadi Irian Jaya oleh Suharto, nama
yang tetap digunakan secara rasmi hingga tahun 2002. Nama daerah (provinsi) ini
diganti menjadi Papua sesuai dengan UU No 21/2001 Autonomi Khusus Papua. Pada
masa era penjajahannya, wilayah ini disebut New Guinea Belanda (Dutch New Guinea).
Papua merupakan daerah
(provinsi) yang terletak di wilayah paling timur negara Republik Indonesia dan
merupakan daerah yang penuh harapan. Daerahnya belum banyak diterokai oleh
aktiviti manusia dan Papua kaya dengan sumber alam yang menjanjikan peluang
untuk berniaga dan berkembang. Tanahnya yang luas dipenuhi oleh hutan, laut dan
pelbagai biotanya dan berjuta-juta tanahnya yang sesuai untuk pertanian. Dalam
perut buminya juga menyimpan gas asli, minyak dan berbagai bahan galian yang
hanya menunggu untuk diterokai.
Pemerintahan
Daerah
(Provinsi) Papua beribu kota di Jayapura dan secara pentadbirannya terdiri
daripada : 9 Pemerintahan Kabupaten iaitu Kabupaten Jayapura, Jayawijaya,
Merauke, Fak-Fak, Sorong, Manokwari, Biak Numfor, Yapen Waropen dan Nabire. Dua
Pemerintahan Kota iaitu Kota Jayapura dan Kota Sorong, tiga Pemerintahan
Kabupaten Administratif iaitu Puncak Jaya, Paniai dan Mimika. Jumlah Kecamatan
di Papua adalah 173 kecamatan yang mencakupi 2.712 desa dan 91 kelurahan.
Geografi
Papua
terletak pada kedudukan 0° 19' - 10° 45' LS dan 130° 45' - 141° 48' BT,
menempati sesetengah bahagian barat dari Papua New Guinea yang merupakan pulau
terbesar kedua selepas Greenland. Secara fizikal, Papua merupakan daerah
(provinsi) terbesar di Indonesia, dengan luas daratan 21,9% dari jumlah
kesuluruhan tanah seluruh Indonesia iaitu 421,981 km², membujur dari barat ke
timur (Sorong - Jayapura) sepanjang 1,200 km (744 batu) dan dari utara ke
selatan (Jayapura- Merauke) sepanjang 736 km (456 batu). Selain daripada tanah
yang luas, Papua juga memiliki banyak pulau sepanjang pesisirannya. Di
pesisiran utara terdapat Pulau Biak, Numfor, Yapen dan Mapia. Pada bahagian
barat ialah Pulau Salawati, Batanta, Gag, Waigeo dan Yefman. Pada pesisiran
Selatan terdapat pula Pulau Kalepon, Komoran, Adi, Dolak dan Panjang, sedangkan
di bahagian timur bersempadan dengan Papua New Guinea.
Iklim
Papua
terletak tepat di sebelah selatan garis khatulistiwa, namun kerana daerahnya
yang bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi melebihi daerah
Indonesia lainnya. Di daerah pesisiran barat dan utara beriklim tropika lembap
dengan tadahan hujan rata-rata berjumlah diantara 1.500 - 7.500 mm pertahun.
Tadahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara dan di pegunungan tengah,
sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai selatan. Suhu udara
bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Untuk setiap kenaikan
ketinggian 100 m ( 900 kaki ), secara rata-rata suhu akan menurun 0.6°C.
Topografi
Keadaan
topografi Papua bervariasi mulai dari dataran rendah berawa sampai dataran
tinggi yang dipenuhi dengan hutan hujan tropika, padang rumput dan lembah. Pada
bahagian tengah pula terdapat rangkaian pergunungan tinggi sepanjang 650 km.
Salah satu bahagian daripada pegunungan tersebut adalah pergunungan Jayawijaya
yang terkenal kerana di sana terdapat tiga puncak tertinggi yang walaupun
terletak dalam garisan khatulistiwa namun selalu diselimuti oleh salji di
puncak Jayawijaya dengan ketinggian 5,030 m (15.090 kaki), puncak Trikora 5,160
m (15,480 kaki) dan puncak Yamin 5,100 m (15.300 kaki). Sungai-sungai besar
beserta anak sungainya mengalir ke arah selatan dan utara. Sungai Digul yang
bermula dari pedalaman kabupaten Merauke mengalir ke Laut Arafura. Sungai
Warenai, Wagona dan Mamberamo yang melewati Kabupaten Jayawijaya, Paniai dan
Jayapura bermuara di Samudera Pasifik. Sungai-sungai tersebut mempunyai peranan
penting bagi masyarakat sepanjang alirannya baik sebagai sumber air bagi
kehidupan harian, sebagai nelayan mahupun sebagai sarana penghubung ke daerah
luar. Selain itu terdapat pula beberapa danau, diantaranya yang terkenal adalah
Danau Sentani di Jayapura, Danau Yamur, Danau Tigi dan Danau Paniai di
Kabupaten Nabire dan Paniai.
Sosial
Budaya
Pada
daerah-daerah Papua yang bervariasi topografinya terdapat ratusan kelompok
etnik dengan budaya dan adat istiadat yang saling berbeza. Dengan mengacu pada
perbezaan topografi dan adat istiadatnya maka secara amnya, penduduk Papua
dapat di bezakan menjadi 3 kelompok besar iaitu:
Penduduk
daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum, rumah diatas tiang (rumah
panggung), mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan.
Penduduk daerah
pedalaman yang hidup pada daerah sungai, rawa, danau dan lembah serta kaki
gunung. Pada umumnya bermata pencaharian menangkap ikan, berburu dan
mengumpulkan hasil hutan.
Penduduk daerah dataran
tinggi dengan mata pencaharian berkebun beternak secara sederhana.
Pada umumnya masyarakat
Papua hidup dalam sistem kekerabatan yang menganut garis ayah atau patrilinea.
Bahasa
Di
Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik
yang ada. Aneka pelbagai bahasa ini telah menyebabkan kesulitan dalam
berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainnya. Oleh
sebab itu, Bahasa Indonesia digunakan secara rasmi oleh masyarakat-masyarakat
di Papua bahkan hingga ke pedalaman.
Agama
Keagamaan
merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di
Papua dan dalam hal ketuhanan, Papua dapat dijadikan contoh bagi daerah lain.
Majoriti penduduk Papua beragama Kristian, namun demikian, seiring dengan
perkembangan kemudahan pengangkutan dari dan ke Papua maka jumlah orang yang
beragama lain termasuk Islam juga semakin berkembang. Banyak mubaligh sama ada
orang asing mahupun rakyat Indonesia sendiri yang melakukan misi keagamaannya
di pedalaman-pedalaman Papua. Mereka berperanan penting dalam membantu
masyarakat sama ada melalui sekolah-sekolah mubaligh, bantuan perubatan mahupun
secara langsung mendidik masyarakat pedalaman dalam bidang pertanian, mengajar
Bahasa Indonesia dan pengetahuan-pengetahuan amali yang lain - lainnya.
Mubaligh juga merupakan pelopor dalam membuka jalur penerbangan ke
daerah-daerah pedalaman yang belum dibina oleh penerbangan biasa.
Budaya
Tari-Tarian
Masyarakat
pantai memiliki berbagai macam budaya tari-tarian yang biasa mereka sebut
dengan Yosim Pancar (YOSPAN), yang didalamnya terdapat berbagai macam bentuk
gerak seperti: (tari Gale-gale, tari Balada, tari Cendrawasih, tari Pacul Tiga,
tari Seka, Tari Sajojo). Tarian yang biasa dibawakan oleh masyarakat pantai
maupun masyarakat pegunungan pada intinya dimainkan atau diperankan dalam
berbagai kesmpatan yang sama seperti: dalam penyambutan tamu terhormat, dalam
penyambutan para turis asing dan yang paling sering dimainkan adalah dalam
upacara adat. khususnya tarian panah biasanya dimainkan atau dibawakan oleh
masyarakat pegunungan dalam acara pesta bakar batu atau yang biasa disebut
dengan barapen oleh masyarakat pantai. tarian ini dibawakan oleh para pemuda
yang gagah perkasa dan berani.
dengan budaya tarian
Yospan maupun budaya tarian Panah yang unik, kaya dan indah tersebut para
orangtua sejak dahulu berharap budaya yang telah mereka wariskan kepada
generasi berikut tidak luntur, tidak tenggelam dan tidak terkubur oleh berbagai
perkembangan zaman yang kian hari kian bertambah maju. para pendahulu yaitu
para orangtua berharap juga budaya tarian-tarian yang telah mereka ciptakan
dengan berbagai gelombang kesulitan, kesusahan dan keresahan tidak secepat
dilupakan oleh generasi berikutnya. mereka juga berharap dengan tidak adanya
budaya Papua yang kaya tersebut semakin maju, semakin dikenal baik oleh orang
dikalangan dalam negeri sendiri maupun dikenal dikalangan luar negeri dan juga
semakin berkembang kearah yang lebih baik yang intinya dapat tetap mengangkat
derajat, martabat, dan harkat orang Papua.
Budaya
Perkawinan
Perkawinan
merupakan kebutuhan yang paling mendesak bagi semua orang. dengan demikian
masyarakat Papua baik yang di daerah pantai maupun daerah pegunungan menetapkan
peraturan itu dalam peraturan adat yang intinya agar masyarakat tidak melanggar
dan tidak terjadi berbagai keributan yang tidak diinginkan. dalam pertukaran
perkawinan yang di tetapkan orangtua dari pihak laki-laki berhak membayar mas
kawin seebagai tanda pembelian terhadap perempuan atau wanita tersebut. adapun
untuk masyarakat pantai berbagai macam mas kawin yang harus dibayar seperti:
membayar piring gantung atau piring belah, gelang, kain timur (khusus untuk
orang di daerah Selatan Papua) dan masih banyak lagi. berbeda dengan permintaan
yang diminta oleh masyarakat pegunungan diantaranya seperti: kulit bia (sejenis
uang yang telah beredar di masyarakat pegunugan sejak beberapa abad lalu), babi
peliharaan, dan lain sebagainya. dalam pembayaran mas kawin akan terjadi kata
sepakat apabila orangtua dari pihak laki-laki memenuhi seluruh permintaan yang
diminta oleh orangtua daripada pihak perempuan.
Alat
Musik Tradisional
Tifa
Salah satu alat musik yang paling terkenal dari kawasan Indonesia Timur adalah Tifa. Secara khusus dapat dikatakan bahwa Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku dan papua, bentuknya mirip gendang dan cara memainkannya adalah dengan dipukul.
Salah satu alat musik yang paling terkenal dari kawasan Indonesia Timur adalah Tifa. Secara khusus dapat dikatakan bahwa Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku dan papua, bentuknya mirip gendang dan cara memainkannya adalah dengan dipukul.
Bahannya terbuat dari sebatang kayu
yang isinya dikosongkan dan pada salah satu sisi ujungnya ditutup menggunakan
kulit rusa yang telah dikeringkan agar dapat menghasilkan suara yang bagus dan
indah. Biasanya Tifa diperindah dengan berbagai model ukiran sesuai dengan ciri
khas setiap suku di maluku dan papua.
Kapan Tifa dimainkan. Disamping sebagai pelengkap dari permainan istrumen musik tradisional, Tifa juga selalu dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi. Tarian tersebut biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti upacara-upacara adat maupun acara-acara penting lainnya.
Kapan Tifa dimainkan. Disamping sebagai pelengkap dari permainan istrumen musik tradisional, Tifa juga selalu dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi. Tarian tersebut biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti upacara-upacara adat maupun acara-acara penting lainnya.
Pakaian
Adat
Pakaian
adat pria dan wanita di Papua secara fisik mungkin anda akan berkesimpulan
bahwa pakaian tersebut hampir sama bentuknya. Mereka memakai baju dan penutup
badan bagian bawah dengan model yang sama. Mereka juga sama-sama memakai
hiasan-hiasan yang sama, seperti hiasan kepala berupa burung cendrawasih,
gelang, kalung, dan ikat pinggang dari manik-manik, serta rumbai-rumbai pada
pergelangan kaki. Bentuk pakaian yang terlukis di sini merupakan ciptaan baru.
Biasannya tak lupa dengan tombak/panah dan perisai yang dipegang mempelai
laki-laki menambah kesan adat Papua.
0 komentar:
Posting Komentar