Kamis, 07 Mei 2015

Tugas IBD 2


Kebudayaan Papua


ABSTRAK
Berbicara tentang kebudayaan sangat erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. Budaya dan kepribadian bagaikan dua sisi mata uang tidak bisa dipisahkan. Dimana budaya yang baik itu selalu mempengaruhi pribadi yang baik, kemudian budaya buruk selalu mempengaruhi pribadi yang buruk juga. Disamping itu kadang kala lingkungan menjadi hal utama yang dapat mempengaruhi baik buruknnya budaya seseorang. Kita ambil contoh di papua memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda dengan daerah lainnya, sehingga dengan sendiri kepribadian mereka juga agak berbeda dan unik. Sehingga kepribadian yang terbentukpun agak unik dan berbeda. Contoh budaya potong jari, yang telah lama turun temurun diterapkan di papua, bahkan menjadi budaya (kebiasaan) yang lumrah untuk dihilangkan walaupun kelihatannya agak buruk dan tidak sesuai baik norma agama maupun norma hukum. Saya akan membahas kebudayaan pulau tersebut mulai dari adat, bahasa, makanan, dan sebagainya yang berasal dari berbagai sumber yang saya satukan dan menumpahkan beberapa pemikiran dan pendapat saya didalamnya.


















BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, masyarakat serta suku yang berbeda. Hal ini bisa kita lihat dari perbedaan suku, masyarakat, ras, agama yang membentang seluas arcipelago Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Merupakan sebuah kesalah besar apabila kita sebagai masyarakat Indonesia, hanya acuh dan tidak mempelajari kebudayaan-kebudayaan yang beragam yang tersapat di Indonesia.
Saya memilih kebudayaan masyarakat Papua, karena Propinsi Papua di Indonesia merupakan sebuah propinsi yang unik. Propinsi yang sering kali dianggap sebelah mata oleh orang-orang karena anggapan mereka masyarakat papua masih primitif. Namun di balik anggapan primitif itu, masyaratakat papua merupakan salah satu masyarakat yang masih memegang teguh budayanya, budaya asli Indonesia yang belum tercemar oleh pengaruh dari negara-negara barat.
1.2  Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakan letak Geografis Papua?
2.    Bagaimanakah Seni dan Budaya Papua ?
3.    Bagaimanakah Sosial dan Budaya Papua ?
1.3  Tujuan Makalah
1. Memahami Letak Geografis Papua,
2. Mengerti tentang Seni dan Budaya Papua.
3. Mengerti tentang Sosial dan Budaya Papua.
1.4 Sistematika Penulisan
          Dalam rangka mempermudah memahami penulisan laporan ini, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut: 
BAB I :      Membahas mengenai Pendahuluan yang diantaranya berupa Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Makalah dan Sistematika Penulisan 
BAB II :     Isi pokok mengenai kebudayaan Papua itu sendiri yang mencakup, Letak Geografis dan Demografisnya, Seni dan Kebudayaannya, Kepercayaannya,Sistem dan Sosial Budayanya, dll.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Letak Geografis Papua

Bujur Timur dan 2°25' Lintang Utara - 9° Lintang Selatan. ° - 141° Provinsi Papua dengan luas 31.7062 Km2, terletak diantara 130
Batas Wilayah :

Provinsi Papua berbatasan dengan :

Sebelah Utara                     : Samudera Fasifik/Pacific Ocean

Sebelah Selatan                  : Laut Arafura/Arafura Sea

Sebelah Barat                     : Provinsi Papua Barat

Sebelah Timur                    : Papua New Guinea

Topografi
Pegunungan Utama di Provinsi Papua terdiri atas Pegunungan Kobowre di Nabire, Pegunungan Sudirman di Enarotali dan Puncak Jaya, Pegunungan Jayawijaya di Jayawijaya, Pegunungan Vanres di Mamberamo, Pegunungan Gauntier dan Pegunungan Wisnumurti.
Gunung dan Puncak di Provinsi Papua yang berada di deretan pegunungan tersebut adalah :
Gunung Waspada (1.070 m)
Puncak Jaya (5.030 m)
Puncak Trikora (4.750 m)
Puncak Yamin (4.350 m)
Puncak Mandala (4.700 m)
Gunung Dom (1332 m)

Pegunungan Jayawijaya merupakan suatu perluasan cordillera yang mengubah dataran tinggi Papua yang berpusat New Guinea, membentang sepanjang 400 mil (640 km) dari timur ke barat menyeberangi bagian tengah Papua dengan puncak tertingginya adalah Puncak Jaya 16,502 kaki (5,030 meter). Puncak dengan hutan lebat, kecuali salah satu puncak tertinggi yang terdiri dari batu karang glaciated. 
Di bagian utara terdapat lembah yang dialiri sungai Tariku Dan Taritatu Sungai dan merupakan anak sungai Mamberamo Sungai. Kebanyakan dataran rendah di semenanjung Bomberai berjejer kearah barat sedangkan di Doberai yang bergunung-gunung ( Vogelkop; Belanda, "Kepala Burung") berjejer kearah barat laut.
Sepanjang bagian selatan pegunungan Maoke terdapat suatu area berpaya-paya yang luas [yang] yang dialiri oleh air dari sungai Digul, Pulau, Braza, Baliem, Loren, Armandville, Blumen, Semara, dan Mapi Sungai. Daerah Gunung yang tinggi ditutupi oleh lembah-lembah yang ditumbuhi rumput kasar, dan tumbuh-tumbuhan hutan-hujan tropis. Sedangkan area utara pegunungan tengah ditutupi oleh hutan basah. Di antaranya banyak ditumbuhi varieta pohon palem (sagu, kelapa, dan nipa), kayu cendana, kayu hitam, karet, casuarina, pohon cedar, buah sukun, dan bakau; anggrek dan pakis tumbuh dengan subur di hutan basah tersebut. Kehidupan rimba meliputi binatang berkantung, monotremes (binatang menyusui), ular, buaya, katup/kupu-kupu, burung kasuari, cenderawasih, trenggiling, anjing liar, babi liar, kura-kura darat, kadal kanguru pohon, burung bangau, merpati hijau, dan berbagai jenis burung.

Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah papua bagian barat, sehingga sering disebut sebagai Papua Barat terutama oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), para Nasionalis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands New Guinea atau  Dutch New Guinea) Setelah berada dibawah penguasaan Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.
Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus Papua. Pada tahun 2004, disertai oleh berbagai protes,  papua dibagi menjadi 2 provinsi oleh pemerintah Indonesia : Bagian timur tetap memakai nama Papua, sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (Setahun kemudian menjadi Papua Barat) bagian timur inilah yang menjadi wilayah provinsi Papua pada saat ini. Kata Papua sendiri berasal dari  bahasa Melayu yang berarti rambut keriting, sebagian gambaran yang memacu  pada penampilan fisik suku-suku asli. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah papua bagian barat, sehingga sering disebut sebagai Papua Barat terutama oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), para Nasionalis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri.
Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands New Guinea atau  Dutch New Guinea) Setelah berada dibawah penguasaan Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi. Hingga tahun 2002.Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai dengan UU  No. 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus Papua. Pada tahun 2004, disertai oleh berbagai protes, papua dibagi menjadi 2 provinsi oleh pemerintah Indonesia : Bagian timur tetap memakai nama Papua, sedangkan bagian  baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (Setahun kemudian menjadi Papua Barat). bagian timur inilah yang menjadi wilayah provinsi Papua pada saat ini. Kata Papua sendiri berasal dari bahasa Melayu yang berarti rambut keriting, sebagian gambaran yang memacu pada penampilan fisik suku-suku asli.
2.3 Seni Dan Budaya Papua

     Alat Musik Tradisional Papua

Ada Salah satu nama alat musik tradisional yang paling terkenal yang berasal dari Papua yaitu Tifa. Alat musik Tifa merupakan alat musik tradisional yang berasal dari daerah maluku serta papua. Bentuknya alat musik Tifa mirip gendang dan cara memainkannya Tifa adalah dengan cara dipukul. Alat musik Tifa terbuat dari bahan sebatang kayu yang isinya sudah dikosongkan serta pada salah satu ujungnya ditutup dengan menggunakan kulit hewan rusa yang terlebih dulu dikeringkan. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Alat musik ini sering di mainkan sebagai istrumen musik tradisional dan sering juga dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi.

     Tarian Tradisional Daerah Papua

Terdapat berbagai macam tari-tarian dan mereka biasa menyebutnya dengan Yosim Pancar (YOSPAN). Di dalam tarian ini terdapat aneka bentuk gerak tarian seperti tari Gale-gale, tari Pacul Tiga, tari Seka, Tari Sajojo, tari Balada serta tari Cendrawasih. Tarian tradisional Papua ini sering di mainkan dalam berbagai kesempatan seperti untuk penyambutan tamu terhormat, penyambutan para turis asing yang datang ke Papua serta dimainkan adalah dalam upacara adat.

     Pakaian Adat Tradisional Papua

Pakaian adat Papua untuk pria dan wanita hampir sama bentuknya. Pakaian adat tersebuta memakai hiasan-hiasan seperti hiasan kepala berupa burung cendrawasih, gelang, kalung, dan ikat pinggang dari manik-manik, serta rumbai-rumbai pada pergelangan kaki.

     Rumah Adat Papua

Nama rumah asli Papua adalah Honai yaitu rumah khas asli Papua yang dihuni oleh Suku Dani. Bahan untuk membuat rumah Honai dari kayu dengan dan atapnya berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Rumah tradisional Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak berjendela. Umumnya rumah Honai terdiri dari 2 lantai yang terdiri dari lantai pertama untuk tempat tidur sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat untuk bersantai, makan, serta untuk mengerjakan kerajinan tangan.
Bahasa 
Di Papua ini terdiri ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik yang ada. Aneka Berbagai bahasa ini telah menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainya. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia digunakan secara resmi oleh masyarakat-masyarakat di Papua bahkan hingga ke pedalaman.
Mata Pencarian
Sistem mata pencaharian di papua ini amat beragam, sesuai dengan dimana masyarakat itu tinggal,
–          Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum, rumah diatas tiang ( rumah panggung ), mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan.
2.4 Sistem Kepercayaan           
Sebagian masyarakat Papua masih memiliki kepercayaan totemisme.sebagai bentuk kepercayaan yang memandang asal-usul manusia berasal dari dewa-dewa nenek moyang, mewarnai kehidupan marind-anim yang mendiami tiga distrik yakni Merauke, Okaba  dan Muting, Kabupaten Merauke, Papua. Namun walaupun begitu sebagian dari mereka telah memeluk beberapa agama resmi yang diakui oleh pemerintah.
Di Papua Timur sebagian agamanya beragama Kristen dengan persentase sebagai berikut
–          Protestan ( 51.2 % ), Katolik ( 25.42 % ), Islam ( 20% ), Hindu ( 3 % ) dan Buddha ( 0.13 % )
Sedangkan di Papua Barat :   
–          Kristen ( 50.7 % ), Islam ( 41.3 % ), Katolik ( 7.7% ), Hindu ( 0.1 % ), Buddha ( 0.1 % ) dan Konghucu ( 0.1 % )
–          Penduduk daerah pedalaman yang hidup pada daerah sungai, rawa, danau dan lembah serta kaki gunung. Pada umumnya bermata pencahariannya menangkap ikan, berburu, binatang uatama yang diburu biasanya Babi, tapi dalam perjalanan orang sering menangkap beraneka ragam binatang dan mengumpulkan hasil hutan.
–          Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharianya berternak dan berkebun secara sederhana
2.5    Sistem Sosial Dan Budaya Papua

Perspektif sosial dan budaya merupakan proses perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan pola pikir, gagasan dan ide-ide manusia mengakibatkan terjadinya perbedaan dengan keadaan sebelumnya dengan keadaan yang sedang dihadapi seperti perubahan struktur, fungsi budaya baik dalam wujud penambahan unsur baru atau pengurangan dan penghilangan unsur lama bisa dalam manifestasi kemunduran (regress) dan bisa juga kemajuan (progress).
Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang masing-masing berbeda. Tribal arts yang indah dan telah terkenal di dunia dibuat oleh suku Asmat, Ka moro, Dani dan Sentani.
 Sumber berbagai kearifan lokal untuk kemanusiaan dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik diantaranya dapat ditemukan di suku Aitinyo, Arfak, Asmat, Agast, Aya maru, Mandacan, Biak, Ami, Sentani dan lain-lain. Umumnya masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatan dengan menganut garis keturunan ayah (patrilinea). Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat penduduk asli Papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan.
Berbicara mengenai sistem sosial, terkandung sistem nilai sosial budaya. Koentjaraningrat (1974:25)1 menganggap nilai sosial budaya sebagai faktor mental yang menentukan perbuatan seseorang atau sekelompok orang di masyarakat. Sistem nilai budaya terdiri dari konsep-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu suatu nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkrit, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya.
Semua sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan, akan berkisar dalam lingkup masalah kehidupan (hakekat hidup), kerja, waktu, alam atau lingkungan hidup dan hubungan dengan sesama manusia. Sedangkan mengikuti klasifikasi Alisyahbana (1981:22)2, berusaha memilah-milah berbagai macam nilai budaya menjadi enam kelompok.

Keenam jenis nilai tersebut, timbul dari aktivitas budi manusia, yaitu:
1.      nilai teori atau ilmu yang merupakan identitas tiap benda atau peristiwa, terutama berkait erat dengan aspek penalaran (reasoning) ilmu dan teknologi;
2.      nilai ekonomi, yang mencari dan member makna bagaimana kegunaan segala sesuatu, berpusat pada penggunaan sumber dan benda ekonomi secara efektif dan efisien berdasarkan kalkulasi dan pertanggung jawaban;
3.      nilai agama, yang melihat segala sesuatu sebagai penjelmaan kekudusan, dikonsentrasikan pada nilai-nilai dasar bagi kemajuan kehidupan di dunia dan akhirat;
4.      nilai seni, yang menjelmakan keindahan atau keekspresifan;
5.      nilai kekuasaan, yang merupakan proses vertikal dari organisasi sosial yang terutama terjelma dalam hubungan politik, ditandai oleh pengambilan keputusan; dan
6.      nilai solidaritas sosial, yang merupakan poros horizontal dari organisasi, terjelma dalam cinta dan kasih sayang, namun lebih berorientasi kepada kepoercayaan diri sendiri.
Mengacu pada perbedaan tofografi dan adat istiadat, penduduk Papua dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar, masing-masing :
1) penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum rumah di atas tiang (rumah panggung) dengan mata pencaharian menokok sagu dan menangkat ikan;
2) Penduduk daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa danau dan lebah serta kaki gunung. Umumya mereka bermata pencaharian menangkap ikan, berburu dan mengumpulkan hasil hutan;
3) Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan beternak secara sederhana.






























BAB III
KESIMPULAN
3.1 Penutup

Simpulan dari penjelasan-penjelasan di atas ialah bahwa kita harus bercermin pada masyarakat tradisional untuk menata hubungan kita dengan alam demi keberlanjutan hidup mahluk manusia. Masyarakat tradisional telah  berhasil mewariskan bumi ini dalam keadaan tidak tercemar kepada kita diwaktu sekarang untuk memanfaatkannya dan menikmati kehidupan di atasnya. Keberhasilan itu merupakan perwujudan nyata dari ketaatan mereka terhadap nilai-nilai dan norma-norma serta sikap yang mereka kembangkan dalam kebudayaannya untuk menjaga dan melestarikan alam. Seringkali norma-norma dan nilai-nilai itu mereka samarkan dalam kepercayaan-kepercayaan yang mereka anut sehingga bagi kebanyakan orang di zaman modern ini menganggapnya tidak rasional dan bahkan kadangkala mencemohkannya. Meskipun demikian jangan lupa, bahwa strategi-strategi yang mereka gunakan untuk menanamkan dan melaksanakan nilai-nilai dan normanorma yang berhubungan dengan pengaturan dan penjagaan terhadap keseimbangan hubungan mahluk manusia dengan ekosistem dalam rangka menyiapkan secara lestari kebutuhan manusia itu adalah sangat efektif.
Berbagai sumber daya alam yang dinikmati sekarang sesungguhnya merupakan bukti nyata keberhasilan masyarakat tradisional pada masa lampau untuk menjaga, melestarikan dan mewariskannya bagi kita di waktu sekarang. Persoalan bagi kita sekarang adalah mampukah kita untuk dapat berbuat hal yang sama bagi generasi mendatang? Menurut hemat saya, bahwa kita yang hidup di zaman sekarang yang lebih rasional dapat menggunakan kemudahankemudahan teknologi informasi yang merupakan hasil kebudayaan modern untuk mensosialisasikan dan melaksanakan berbagai kebijakan lingkungan baik tingkat internasional, regional maupun lokal untuk memanfaatkan dan menata lingkungan secara lestari demi kepentingan kita di masa sekarang maupun bagi kepentingan generasi-generasi penerus kita di masa depan. Agar kita dapat berhasil mewariskan bumi kita ini sebagai tempat yang layak dihuni oleh generasi penerus kita, maka kita harus komit untuk saling mendukung dan bahu membahu dalam melaksanakan berbagai upaya pembangunan berkelanjutan secara transparan dan bertanggungjawab.

3.2 Saran

Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan nasional, maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya nasional. Atas dasar itulah, kita semua mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari kepribadian bangsa.



DAFTAR PUSTAKA

Syamsul Arifin, Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan, (Yogyakarta: Sipress, 1998), 64
Alisyahban,  Pembangunan Kebudayaan Indonesian Di Tengah Laju Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, ( Jakarta: Prisma,1981), 74

0 komentar:

Posting Komentar